Selasa, 10 Desember 2013

Kebahagiaan Raga Jiwa

Semenjak dilahirkan, betapa manusia sudah kaya. Ia dibekali raga dan jiwa. Sebagai alat untuk menerima segala yang dibutuhkannya di muka bumi. Semuanya sudah dipersiapkan untuk selama perjalanannya hingga di akhir hayat.

Raga terdiri dari bagian-bagiannya. Bagian terluar adalah bagian yang tampak, seperti kulit. Dilengkapi dengan panca indra yang mempunyai fungsinya masing-masing. Bagian dalam jauh lebih beragam dan vital. Karena bagian dalamlah yang menggerakkan apa-apa yang diluar. Seperti otak, jantung, dan paru-paru. Dan jauh lebih dalam lagi yaitu jiwa, yang lebih tak tampak daripada organ-organ dalam. Kesemuanya adalah anugrah yang tiada tara. Betapa Tuhan telah membekali manusia dengan bekal yang teramat sempurna. Oleh karenanya dalam kitab suci manusia disebut sebagai ciptaanNya yang paling sempurna. Bahkan di atas malaikat. Meskipun malaikat disebut sebagai makhluk yang selalu patuh.

Untuk memenuhi segala kebutuhannya selama perjalanan hidup yang harus dilalui, maka manusia hanya perlu mengambil hak dari apa-apa yang setiap saat Tuhan anugrahkan kepada manusia. Adapun bila ia tak mengambil haknya juga tak apa.

Ketika lahir, tanpa perlu meminta ia diberi pakaian oleh Tuhan melalui kedua orang tuanya. Ia menerima berbagai kehangatan dan kasih sayang dari orang-orang yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Lalu diajari berjalan dan berbicara. Tanpa perlu membayar seorang pelatih untuk mengajarinya. Seandainya setiap bayi yang lahir harus diajari oleh seorang pelatih profesional untuk berjalan dan berbicara, betapa banyak manusia yang bisu dan lumpuh di setiap negara yang perekonomiannya tak maju. Namun Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Dialah yang mengajari dan memenuhi segala kebutuhan makhluknya.

Namun, dunia telah berubah semenjak manusia beranjak remaja. Apa-apa yang dibutuhkannya harus ditukar dengan mata uang. Mulai kebutuhan untuk mencari ilmu yang konon harus dicapai melalui bangku sekolah, sampai kepada kebutuhan untuk menyelenggarakan pernikahan yang juga harus dicapai dengan mata uang pula. Sehingga semakin manusia tumbuh seolah-olah Tuhan semakin jauh dan tak memperhatikan manusia. Ya, sejak ketika manusia percaya bahwa segalanya membutuhkan uang. Karena segala yang dibutuhkan manusia harus ditukar dengan alat tukar yang berupa kertas maupun koin tersebut.

Dicarinya siang malam, kaki di kepala, kepala di kaki, demi memenuhi kebutuhannya. Satu terpenuhi dan yang lain muncul, begitu seterusnya. Karena seperti itulah hidup.

Dahulu kita tahu bahwa kebutuhan pokok manusia hanyalah sandang, pangan, dan papan. Lalu jaman terus berganti. Namun, semakin maju, bukannya manusia semakin ayem dalam menjalani hidupnya, malah semakin sibuk dan capek. Semakin banyak yg menjadi kebutuhannya. Seperti alat komunikasi, transportasi, dan berbagai jenis kebutuhan yang lain. Semua berlomba-lomba mencari uang, sikut sana sikut sini, nyinyir dan saling dengki ketika apa yang dimiliki oleh teman atau tetangganya tak ia miliki. Betapa ramai, panas, dan menjemukan.

Barangkali memang ketika segala kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan, dan segala kelengkapan di zaman modern ini terpenuhi manusia lalu mendapatkan kebahagiaannya yang berupa kepuasan dan kenyamanan. Namun kepuasan dan kenyamanan sesungguhnya hanyalah kebahagiaan yang diperoleh oleh raga saja. Sedangkan manusia tak hanya terdiri dari raga, tapi juga jiwa. Jika demi kebahagiaan raga saja kita harus rela menukarnya dengan mengorbankan apa yang kita miliki seperti waktu, pikiran, dan tenaga, lalu apa yang siap kita berikan demi kebahagiaan jiwa?

Minggu, 01 Desember 2013

Superhero vs Politisi

Sekian banyak dari semua kisah superhero yang pernah saya tonton filmnya, terlintas pertanyaan sederhana di pikiran saya, mengapa para superhero -contohnya Spiderman dan Batman- selalu mengenakan topeng agar identitasnya tak diketahui orang ? Bukankah mereka senang menolong dan itu adalah baik ? Karena biasanya penutup muka atau topeng itu dikenakan oleh para penjahat atau bandit agar dirinya tak tercemar. Sehingga aman dari incaran para polisi.

Ya, jawaban yang saya temukan adalah karena para superhero itu ingin membedakan dirinya dengan para politisi.

Ketika para politisi hendak memperoleh jabatan yang ia ingini, maka potret dirinya akan tersebar dimana-mana. Baik di media massa ataupun spanduk-spanduk yang terpampang di jalan-jalan maupun pohon-pohon. Dipajangnya wajahnya yang tersenyum manis dan berwibawa. Digembar-gemborkan prestasi-prestasinya selama ini. Melantunkan janji-janji manis kepada orang-orang. Urusan benar tidaknya, sanggup tidaknya, adalah urusan belakangan. Yang terpenting adalah mencapai tujuannya dahulu. Berapapun biaya mereka keluarkan demi menarik simpati orang banyak.

Bedakan dengan perilaku para superhero !

Para politisi sibuk mengkampanyekan dirinya melalui banyak media masa agar dirinya dikenal dan lalu terpilih. Sedangkan para superhero justru menyembunyikan siapa dirinya. Dikenakannya topeng supaya tak dikenali. Ia juga tak pernah menyebut siapa namanya. Tak ada yang tau darimana datangnya ia.

Ketika ada bencana alam, para politisi terlihat begitu sibuk dan peduli, mengajak dan seolah memberi contoh kepada khalayak dengan memberikan berbagai bantuan dengan jumlah yang besar untuk para korban. Beritanya ditayangkan dimana-mana. Wajah mereka diperlihatkan dengan antusias. Dan tak lupa setiap sumbangan yang diberikannya kepada para korban bencana, dikemasnya dalam bingkisan yang mencantumkan partai yang mereka usung. Sedangkan para superhero lagi-lagi justru tak mau bertatap lama-lama apalagi untuk bercakap dengan para korban kejahatan yang mereka tolong. Sesegera mungkin mereka pergi menghilang dan tak meninggalkan jejak.

Menjadi politisi maka akan berarti menduduki jabatan tertentu. Menjadi orang penting. Dengan begitu, maka mudah menciptakan peluang bisnis untuk dijadikan ladang kemakmurannya. Tak peduli berapa juta rakyat yang kelaparan, yang terpenting dirinya, keluarganya, anak-anak hingga cucu-cucunya hidup senang dengan bergelimpangan harta. Dianggapnya sebagai upah atas pengabdiannya kepada negara. Sedangkan para superhero justru merasa menerima kutukan karena seringkali harus mengorbankan kebahagiaan diri bahkan orang-orang yang mereka cintai demi nyawa banyak orang yang harus mereka lindungi dari para penjahat. Mereka tak mendapat upah apapun.

Dengan tingkah para politisi yang semakin hari sukses membuat negara semakin runyam, apakah itu adalah isyarat bahwa sesungguhnya bangsa ini sedang membutuhkan kehadiran Spiderman dan Batman untuk membuat negara ini maju?

Kamis, 21 November 2013

Jangan Menyesal

Jika penyesalan itu memang tak seharusnya ada, mengapa ia ada? Bukankah seharusnya hidup dijalani dengan sukacita dan tak memerlukan penyesalan? Karena waktu tak pernah kembali.

Baik suka maupun duka, semuanya telah tertulis di suratan takdir. Namun penyesalan tetap saja masih terbesit di hati manusia. Memaksa masuk ke relung-relung hati, lalu melukai sang pemilik hati. Dan selalu saja di akhir kejadian. Padahal waktu tak pernah kembali. Meski masih ada waktu yang tersisa.

Barangkali memang kita selalu diajarkan oleh para guru tentang kemantapan hati. Agar hati selalu membuka matanya dalam setiap langkah. Agar setiap jejak yang terekam telah kita sadari dan jalani dengan kesungguhan. Dan apa yang telah terjadi maka menjadi suratan takdir. Sedang apa yang kelak akan terjadi selalu menjadi misteri. Oleh karena itulah, manusia harus selalu melangkahkan kakinya untuk menuju kepada apa yang telah tertulis untuknya.

Melangkah, melangkah, dan melangkah dengan kesadaran dan kemantapan hati. Serta keberserahan terhadap apa-apa yang diluar jangkauannya.

Jika saja, tak pernah ada penyesalan, maka kita tak akan pernah belajar dan berjuang. Karena belajar saja tak akan membuat manusia sampai kepada apa yang ia tuju. Perjuanganlah yang akan membawanya kesana. Menuju tujuan hidup yang telah ditetapkannya, tujuan untuk kembali. Menapaki jalan dengan kesadaran dan kemantapan hati, SENDIRI, agar tak ada lagi penyesalan yang membuntuti.

Rabu, 20 November 2013

Tuhan, Iblis, Adam, dan Hawa

Saya masih tak mengerti, mengapa sampai saat ini masih saja tersebar luas cerita yang menceritakan bahwa Hawa (perempuan) adalah penyebab terusirnya Adam (laki-laki) dari surga. Bahkan ada yang mengatakan, jika bukan karena menuruti bujuk rayu Hawa untuk memakan buah terlarang, kita semua masih berada di dalam surga. Kita semua tak akan merasakan penderitaan hidup di dunia ini. Dan Hawa adalah penyebabnya, karena ia lah yang pertama kali mendengarkan rayuan Iblis.

Padahal, sebelum diciptakanNya Adam dan Hawa, bukankah Tuhan telah melakukan perbincangan dengan para malaikat bahwa Dia akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka Bumi?

Saya curiga, jangan-jangan diciptakanNya Hawa bukanlah semata sebagai obat penawar kesepian Adam. Begitu juga Iblispun tak semata sebagai penggoda manusia. Namun justru sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di Bumi.

Atau... Barangkali Adam terlalu betah di surga sehingga jika Tuhan tak membuatnya melanggar laranganNya, ia tak mau turun ke Bumi untuk mengemban tugas yang diamanatkan kepadanya.

Senin, 18 November 2013

Pikiran

Pikiran bukanlah tempat kebahagiaan bersemayam. Namun pikiran ikut andil dalam menentukan kebahagiaan dan kesedihan yang manusia rasakan. Orang-orang gemar memikirkan berbagai hal. Namun jarang sekali yang memikirkan bagaimana cara berpikir yang benar.

Karena pikiran sangat mempengaruhi kebahagiaan, mengapa kita tak pikirkan bagaimana pikiran berpikir dengan cara yang terbaik untuk memikirkan apa yang sedang ia pikirkan?

Banyak manusia yang terjebak oleh pikirannya sendiri. Bukan kenyataan yang ia lihat, namun ilusinya sendiri. Jika pikiran mampu melihat dengan jernih, maka kenyataan akan tampak sebagaimana adanya. Sedangkan jika sebaliknya, maka pikiran akan menciptakan ilusinya sendiri.

Di dunia ini berapa orang yang menyadari keberadaan dari pikiran mereka? Banyak yang ditipu oleh pikirannya sendiri. Sehingga tak mampu melihat kenyataan. Sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah bagaimana melihat kenyataan sebagaimana adanya. Menyadari siapa diri kita. Menyadari apa persoalan kita. Menyadari apa yang berada di dalam dan di luar kendali kita.

Berapa orang yang merasakan sakit hanya karena tak menyadari bahwa rasa sakit yang ia rasakan berasal dari pikirannya sendiri? Berapa orang yang telah ditipu kesenangan oleh pikirannya padahal sesungguhnya ia sedang merugi dan menghancurkan dirinya sendiri?

Banyak yang justru menjadi budak dari pikirannya sendiri, padahal Tuhan Sang Pencipta telah memberikan hak kepada manusia untuk mengendalikannya.

Kamis, 14 November 2013

Ayat Yang Tertinggal

Tiba-tiba Tuhan menjadi sangat terkenal. Ketika bermacam bencana datang. Dia dipuja-puja, juga dicaci-maki oleh sebagian yang lain.

Tiba-tiba Tuhan menjadi sangat dekat. Padahal sebelumnya, manusia pikir Tuhan berada diatas arsy, tempat yang nun jauh disana.

Tuhan dielu-elukan. Disebut-sebut. Diperebutkan. Dihak miliki oleh sebagian golongan.

Tuhan menjadi terkenal, bak seorang artis yang sedang naik daun. Ditangisi. Dimintai. Disuruh mengabulkan doa.

Namun ketika semuanya dikabulkan, Tuhan jadi kesepian. Tak ada yang menyebut-nyebut namaNya lagi. Manusia sibuk mencari harta dan bersenang-senang. Lalu Dia mengutus Jibril untuk menurunkan ayat yang tertinggal yang bunyinya tegas : "Kau pikir AKU pelacur?"

Yang Pasti dan Tak Pasti

Mengapa banyak orang memerlukan pembenaran dari orang lain untuk membenarkan dirinya? Karena orang itu tak punya rasa percaya diri. Tak berpikir dengan otaknya sendiri, tak merasa dengan perasaannya sendiri. Sumbernya kebenarannya adalah pendapat orang lain. Kebenaran yang dianut oleh orang lain. Bukan kebenarannya sendiri.

Sungguh, berapa orang yang mampu berpikir dengan otaknya sendiri? Sedikit sekali di dunia orang-orang yang mau dan mampu berpikir, merasa, dan lalu menjadi dirinya sendiri. Hidup sebagai manusia yang merdeka.

Jangan berpegang pada sesuatu yang tak pasti dan semu. Ketika kita dapat menemukan hal-hal yang pasti dalam hidup, saat itulah kita akan mengerti bagaimana menyikapi hidup yang begitu ramai ini.

Air Susu atau Air Laut?

Taukah kau mana yang lebih mulia air susu atau air laut?

Air susu sangat mulia, ia menolong para ibu yang tak memiliki cukup uang untuk membeli susu bagi bayinya. Tapi air laut lebih sempurna. Di dalamnya terdapat banyak binatang maupun tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun ia juga dapat menenggelamkan kapal dan mendatangkan tsunami.

Susah-Senang Hidup

Banyak yang tak mampu menahan rasa perih dan mencoba tabah. Sehingga banyak suara-suara yang diucapkan tanpa makna. Manusia menjerit, berteriak minta tolong. Mereka kesakitan. Seperti tawanan yang meronta-ronta.

Namun, ada pula manusia yang terbiasa dengan perih. Bahkan mencumbui kesakitan mereka. Mereka diam dan menikmati. Seolah itulah yang harus mereka bayar atas karunia hidup ini. Mereka bahkan amnesia terhadap suka cita kehidupan. Ketika kesenangan mendatangi mereka, mereka justru sedih. Merasakan kepedihan karena kehilangan apa yang biasa mereka rasakan.

Inilah hidup, dengan segala perih dan suka citanya. Dengan segala tangis dan tawanya. Segala tergantung bagaimana manusianya memaknai. Ada yang membiasakan diri dengan kesenangan, lalu meronta-ronta kuat saat perih melanda. Ada yang membiasakan diri dengan kepedihan, lalu terkejut dan terkagum-kagum saat suka cita datang. Hidup tak pernah datar. Tapi manusia berhak untuk mengambil sikap, apakah ia akan menjadi manusia yang nelangsa, gumunan, atau susah-senang ia anggap biasa saja.

Ndelik

Ndelik. Barangkali itu yang disukai sebagian orang yang mempunyai kecenderungan sebagai pemalu. Dalam bahasa indonesianya sembunyi.

Sembunyi itu bisa berarti diam-diam, atau tidak terang-terangan. Yang penting diam. Tidak bergerak. Atau bergerak tapi tampak tidak bergerak. Atau terang-terangan agar tidak tampak bersembunyi.

Gelap adalah tempat aman untuk bersembunyi. Tapi jangan coba-coba menyembunyikan sinar, justru malah kelihatan mentereng. Bintang-bintang justru bersembunyi di siang hari kan?

Yang disembunyikan orang biasanya bisa kejahatan, keburukan, atau kebaikan. Pada intinya, yang disembunyikan orang adalah hal-hal yang bagi mereka berharga. Apapun itu.

Jika, cinta tidak lebih berharga daripada apapun yang kau punya, silahkan mengumbar cintamu. Dan jangan pernah menyesal kalau cinta itu pergi atau direbut orang.

Sesekali, periksalah apa-apa yang kau simpan dalam persembunyianmu, supaya kau lihat siapa dirimu sebenarnya.

Senin, 11 November 2013

Aku Pandawa, Kurawa, atau Sengkuni?

Barangkali, aku memang dilahirkan sebagai Pandawa. Karena aku selalu membela yang baik. Kebaikanlah fokus hidupku. Aku tak peduli pada benar dan salah. Bagiku, benar salah adalah hak preogratif Tuhan semata. Sedang baik dan buruk adalah hak setiap manusia.

Pada mulanya, aku membenci kaum Kurawa saudaraku. Sempat berpikir mengapa Tuhan menciptakan orang-orang macam mereka. Yang hanya membuat permusuhan, pertikaian, dan kebencian. Seandainya saja Tuhan tak menciptakan orang macam mereka, bumi pastilah damai. Tapi ternyata aku salah, Kurawa memusuhi Pandawa bukan karena mereka menyukai permusuhan, pertikaian, dan benci terhadap kebaikan. Kurawa memusuhi pandawa, karena Tuhan menciptakan makhluk yang bernama Sengkuni.

Sengkuni adalah makhluk yang  gemar atau barangkali memang sengaja oleh Tuhan diciptakan untuk menghujat dan mengadu domba. Ia penyebab awal mula gonjang-ganjing di muka Bumi. Lalu, akupun berpikir lebih keras lagi, rasa-rasanya tak berhak ku hakimi Sengkuni sebagai makhluk hina yang bersalah atas semua keburukan dan kerusuhan yang terjadi di muka bumi ini. Bagaimanapun, ia makhluk Tuhan. Tuhan yang menghendakinya hidup. Jikalaupun Tuhan adalah seperti yang kuperkirakan selama ini, bahwa Dia adalah segala kebaikan, maka tentu Dia tidak akan menciptakan Kurawa apalagi Sengkuni.

Pandawa, Kurawa, dan Sengkuni adalah kehendak Tuhan. Tuhan yang menghendaki ketiganya ada.

Isi kepalaku semakin tak karuan. Aku menjadi tak yakin lagi. Jangan-jangan aku bukanlah Pandawa. Jangan-jangan aku sebenarnya  malah Kurawa. Namun karena cara pandangku saja yang sempit, lalu aku mengira diriku sebagai Pandawa. Bahkan aku menjadi lebih kacau dan bingung, ketika sebagian orang justru menyebutku Sengkuni.

Selasa, 05 November 2013

#QUOTES#

"Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah untuk dirimu sendiri. Kamu melakukannya karena dirimu. Karena kamu sedang ingin. Karena itulah kamu. Bukan karena orang lain. Dalam hal ini bukan karena pandangan orang lain terhadapmu. Apapun yang mereka persepsikan kepadamu adalah interpretasi mereka sendiri. Bukan tentang siapa dirimu. Disinilah letak keaslian dan kepalsuan yang sebenar-benarnya. Kamu begitu karena memang begitu bukan karena ingin menyenangkan orang lain. Bukan pula agar orang lain bla bla bla terhadap kamu. Karena manusia yang belum bisa memerdekakan dirinya dari pandangan manusia yang lain adalah manusia yang paling sengsara hidupnya. Banyak logika, petuah, dan nasehat yang tersebar di bumi ini. Jika kamu ambil semuanya, maka tak akan sanggup otak menampungnya. Oleh karena itu betapa mengenal diri sendiri adalah sangat penting. Agar mengerti apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Lalu kita mengambil secukupnya saja. Sesuai apa yg sedang dibutuhkan. Itulah orang bijak."

"Keraguan seringkali menjadi penghalang kita untuk menikmati hidup. Pikiran terombang ambing. Takut mengambil keputusan yang tidak tepat. Takut menyalahi oramg lain. Lalu terbenam di dada dan menjadikannya serasa sempit. Nafas pun terasa sesak. Oksigen tak dapat mengalir lancar ke otak. Daya pikir melemah. Amarah mengambil alih. Dan akhirnya meledak."

"Kekhawatiran itu manusiawi. Walaupun sesungguhnya tidak ada kekhawatiran yang bemar-benar terjadi. Berapa sih kekhawatiran kita yang pernah menjadi kenyataan? Dan ternyata hidup masih baik-baik saja."

"Orang-orang seringkali memperebutkan kebenaran. Menyalahkan yang tak sepikiran dengan mereka. Padahal sesungguhnya apa yang sedang mereka ributkan tak menjadi masalah jika tak diributkan."

"Yang mengetahui dengan benar batinnya akan menemukan banyak cerita di dalamnya."

"Jika yang disebut sepasang itu adalah yang berbeda, kenapa jika ada perbedaan kita harus ribut?"

"Penderitaan hanya dapat dirasakan oleh pikiran, ketika pikiran mampu melepas, penderitaan lenyap."

"Panggung sandiwara yang besar memerlukan pemeran yang banyak."

"Jika masih mampu melawan kata hati, lawanlah."

"Momen yang datang dengan seketika melebihi harta karun apapun."

"Seekor nyamuk punya peran untuk mendengung di telinga dan menghisap darah kita. Agar Tuhan punya alasan untuk memberi rejeki kepada pemilik dan pekerja di pabrik obat nyamuk."

"Menunggu bukan hal yang membosankan, menunggu dengan sadar dan mengamati amatlah menyenangkan dan lebih baik daripada terburu-buru memaksakan suatu hal."

"Jika Tuhan tak menciptakan bulan, maka ia pasti menciptakan yang lain agar malam tetap indah."

"Manusia cenderung mempersulit. Padahal tuhan telah memudahkannya selama hidup."

"Rendah hati itu cara terbaik merawat persahabatan."

"Kegagalan terbesar manusia adalah ketika ia lupa siapa ia sebenarnya."

"Setiap orang punya rahasia. Dan rahasia punya hak untuk merahasiakan ataupun membocorkan dirinya."

"Segalanya telah diatur pada waktunya sendiri-sendiri. Agar cerita berjalan sempurna."

Minggu, 03 November 2013

Catatan Bibir


Pada wanita, jika kekuatannya disembunyikan, kelemahannya justru dibuka terang-terangan. 
Karena wanita benar-benar mengerti betapa pria sangat bergairah pada hal-hal yang tersembunyi di dalam diri mereka. 

Pada wanita, kelemahannya bukan ketika kau sentuh klitorisnya, namun ketika kau mampu merayunya agar mengaitkan kedua bibirnya pada kedua bibirmu.

Barangkali demikian mengapa lipstik menjadi benda yang tak pernah dilupakan wanita. 
Untuk mengelabui.
Namun tak terlalu menggoda hasrat.

Wanita tak pernah berhenti mencari alasan untuk mengeluh.
Dan menggunjing.
Konon mereka takut pada kedinginan dan kediaman.
Untuk memastikan kelemahannya tak tersentuh.
Terlihat namun tetap tersembunyi.


Klitoris dapat membuat wanita melayang ke angkasa, namun gerak liar lidah yang menyusuri setiap senti ruang di balik bibirnya lah yang membuatnya menari-nari di angkasa.

Semakin kau puja klitoris wanita, akan semakin banyak kebutuhannya yang harus kau penuhi.
Karena di dunia ini yang tak berujung adalah kebutuhan dan keluhan wanita.

Jangan pernah tertarik kepada wanita yg menawarkan klitorisnya kepadamu, karena Tuhan menjadikannya sebagai perangkap bagi kaum Adam.
Yang kau dapat secuil nikmat, namun bebanmu bak membawa gunung di pundakmu.


Jikalau wanita memberikan ciuman yang penuh gairah pada kedua bibirmu, 
itulah tanda ia telah menjatuhkan hatinya kepadamu.
Ciuman adalah sangka kala bagi segala keluh kesahnya. 
Bagaikan telah menemukan penawar rindu.
Seperti mangsa yang siap untuk mati.


Namun, jangan pernah tergoda untuk menyentuh paksa mereka. 
Biarlah mereka yang menyerahkannya kepadamu. 
Maka akan kau dapati mata dan mata saling bertatapan,
lidah dan lidah saling menyusuri ruang, 
hidung dan hidung saling menghirup-menghembus, bertukar aroma nafas,
kulit dan kulit saling menyentuh,
merasakan bulu-bulu tipis yang membuat merinding,
serta jantung dan jantung yang saling berdegub,
menyusuri jeda diantara dua detak,
saling mengisi tiap detik, lalu ia melupakan keberadaan jantungnya sendiri.

Jumat, 01 November 2013

Anjing

Ada seekor hewan yang dilaknat, juga dipuja. Anjing. Anjing itu diam dalam kandangnya. Sepasang matanya yang melotot, menatapku. Entah apa yang sedang dilakukan anjing itu. Aku mencoba menerka-nerka apa yang ada dipikirannya. Aku menatapnya, membuat tatapannya makin kuat. Mungkin pemiliknya tak memberinya makan. Tapi apa peduliku, ia punya tuan. Kudekati, lalu ku ajak dia berbicara, dengan batinku, barangkali saja ia lebih mengerti bahasa hati.

Dia pun memoncongkan mulutnya ke dalam lubang kandangnya. Ku coba membagi sisa hot dog yang ku simpan dari dalam plastik dàlam tas coklatku.

Dan....
Rawrrrrr... "Aarrgghh..." , anjing itu menggigit tanganku. "Biadab, bangsat..", umpatku.

"Dasar anjing!!!"

Kulihat jari-jariku, ternyata tak satu pun terluka. Ah, aku telah berprasangka buruk kepada seekor anjing. Kujulurkan lagi tanganku dengan sisa hot dog yang tersisa. Namun si anjing tak kunjung memakannya.Kubuka kandangnya, kugendong anjing itu. Entah mengapa aku berani berbuat lancang pada sesuatu yang telah menjadi hak orang lain.

Ia mengendus, menjilati tangan-tanganku. Aku merasa geli. Ku elus-elus kepalanya, si anjing menunduk malu. Seolah senang dengan apa yang kulakukan kepadanya. Anjing itu seperti seorang kekasih yang ditinggal kekasihnya. Seperti perempuan yang sedang patah hati, lalu menemukan seorang yang lain untuk bersandar.

Dari matanya aku dapat mengerti. Betapa mata itu berkaca-kaca sangat mirip dengan mata seorang kekasih yang kutinggalkan dua tahun yang lalu. Ketika aku memutuskan untuk pergi dari kehidupan seorang perempuan yang amat sangat kucintai. Aku memilih untuk berkarir di ibukota. Kutinggalkan cintaku di kampung halaman.

Ah, kenangan itu lagi. Seperti bayangan yang tak pernah hilang. Mengikuti kemanapun aku pergi.
Huufftt.. kutinggalkan lamunanku. Ku dudukan si anjing di pangkuanku.

Kubelai lagi dari kepala hingga ekornya.
Ketika beranjak dan hendak mengembalikannya ke kandang, ia menggonggong. Tapi aneh. Yang ku tahu gonggongan anjing itu sangat memekikkan telinga, berisik, dan membuat seseorang yang didekatnya tak nyaman. Tapi gonggongannya berbeda. Ia tak mau kembali ke kandang. Ia seperti ingin kembali ke pelukanku.

"Baiklah, barangkali kamu jenuh berada di dalam, aku akan meletakkanmu di sini. Biar tuanmu yang mengurusmu. Tapi jangan katakan kalau aku hendak mengambilmu darinya."
      
*****

"Nak, ambil saja anjing itu. Bawalah pulang dan rawatlah baik-baik. Jika kau mau", seorang lelaki tua berbicara kepada seorang pemuda yang sedang membelaiku.

Tentu saja hatiku sakit. Kenapa ia menyerahkanku kepada orang lain. Seseorang yang belum tentu mencintaiku. Barangkali aku hanya akan dijadikan barang mainannya.

Atau malah mungkin ia akan menguburku hidup-hidup. Lalu mengulitiku. Memotong setiap dagingku. Dan  dimasukkannya aku ke dalam wajan penggorengan bersama bumbu-bumbu yang telah ia racik. Kemudian dihidangkannya aku kepada para pemabuk sebagai jamuan pesta seks dan minuman keras.

Aku memang menyukai pemuda ini, tapi aku jauh lebih mencintai tuanku.
Lalu aku menggonggong sekeras-kerasku.

         *****

Kubawa anjing itu menuju tempat dimana aku curahkan seluruh hidupku. Untuk menjemput impianku, memiliki restoran besar dan menjadi seorang koki masakan anjing terkenal.

Darimana-Kemana?

Manusia, entah dari mana asal muasalnya. Pemuka agama bilang dari sepasang manusia pertama bernama Adam dan Hawa. Darwin bilang asal mula manusia dari seekor kera. Setiap orang punya hak untuk memercayai apa yang dipercayainya. Sebagian lagi mencari tahu melalui sains. Masing-masing bebas untuk mencari tau melalui metode apapun.

Lalu ke manakah kita akan menuju kelak? Setelah nafas terakhir yang dihembuskan, apakah masih ada kehidupan lagi bagi manusia?
Masa lalu-asal mula, masa depan-tujuan, misteri yang tak pernah habis dikuak sejak berabad-abad silam. Karena kemampuan manusia yang terbatas, sehingga melupakan apa yang pernah dialaminya sebelum mereka dilahirkan sama dengan ketika manusia tak pernah mampu untuk melihat apa yang terjadi di masa depan-ketika mereka meninggalkn hidup yang pernah dijalaninya di dunia ini. Rahasia yang hanya diketahui oleh sang rahasia sendiri.

Setiap manusia mengalami amnesia. Tak ada yang ingat apa yang pernah dilakukannya ketika berada di dalam kandungan. Setiap manusia mengalami kebutaan, tak ada yang tau apa yang kelak akan dihadapi sesudah kematian.


Kita hanya perlu menyadari bahwa kita tidak tahu.

Selasa, 29 Oktober 2013

Makhluk Kontroversial

Kata "makhluk" dalam kamus besar bahasa indonesia yang berarti sesuatu yang dijadikan atau yang diciptakan Tuhan. Bisa hewan, tumbuhan, dan manusia. Sedangkan kata "kontroversial" dalam kamus besar bahasa indonesia berarti sesuatu yang menimbulkan perdebatan. Maka makhluk kontroversial ini adalah ciptaan Tuhan yang menimbulkan perdebatan.

Dalam hal ini saya akan membahas  tentang orang-orang yang disebut sebagai makhluk kontroversial.
Jika dilihat-lihat, mari kita amati sejenak lingkungan dimana kita tinggal, atau mungkin kantor dimana kita bekerja, atau siapa saja yang pernah kita jumpai dalam hidup kita, pernahkah kalian menemukan sosok yang disebut makhluk kontroversial?  Adakah dari orang-orang yang kau jumpai termasuk dalam kategori makhluk kontroversial? Mengapa saya bertanya "adakah"..? Karena selama pengamatan saya, orang yang dapat disebut sebagai makhluk kontroversial itu jumlahnya sangat sedikit sekali. Mereka-mereka inilah yang biasanya mengundang banyak pertanyaan dan perlawanan dari masyarakat pada umumnya. Biasanya, mereka adalah tipe orang yang radikal dalam pemikiran. Tak malu-malu mengungkapkan apa yang dipikirkannya maupun yang dirasakannya. Ia menerobos batas-batas baik dogma maupun norma dalam masyarakat. Karena ia tak ingin terikat oleh apapun. Ia hidup sebagai pribadi yang bebas.

Ia juga dianggap pembangkang karena ia akan melawan apapun yang menurutnya tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Orang-orang seperti ini sangat langka. Biasanya mereka bagian dari orang-orang besar. Orang-orang yang dianggap gila oleh kebanyakan orang. Orang-orang yang dibenci tetapi juga dicintai. Orang-orang mempunyai cita-cita untuk mengubah dunia. Mereka selalu ingin memengaruhi siapapun. Perilaku mereka juga seenaknya. Tak mau dan tak dapat diatur. Mereka memiliki keyakinan yang kuat terhadap apa yang mereka harap dan yakini.

Pada dasarnya orang-orang ini adalah orang-orang yang terasing, yang merasa kesepian, yang sulit dipahami oleh kebanyakan orang. Mereka tak mau menuruti siapapun. Mereka murni menjadi dirinya sendiri.

Adakah seseorang di dalam hidupmu yang termasuk dalam kategori makhluk kontroversial? Ataukah jangan-jangan dirimu sendiri?

Perempuan

Barangkali, perempuan telah menyimpan dendam yang terlalu lama kepada lelaki.

Semenjak berabad-abad lalu, ketika Hawa dikambinghitamkan sebagai biang kerok terusirnya Adam dari surga akibat menuruti bujuk rayu Iblis untuk memakan buah yang sudah diwanti-wanti Tuhan agar mereka tidak memakannya.

Dahulu banyak bayi perempuan dikubur hidup-hidup. Kelahirannya dianggap sebagai aib dan tak dapat meneruskan garis keturunan dari laki-laki. Keberadaan mereka hanya dianggap sebagai pembantu para lelaki dalam mengurus bumi Tuhan ini. Hak-hak nya dibatasi. Tak diperbolehkan untuk memimpin, karena dianggap lemah. Hak waris pun demikian, mereka hanya mendapat setengah dari hak waris laki-laki. Bahkan tak ada perempuan yang diklaim sebagai nabi, seberapa suci dan benarpun. Dan Tuhanpun juga seringkali digambarkan dengan sosok laki-laki. Perempuan sekali lagi hanyalah manusia kelas dua, tak lebih unggul daripada laki-laki. Bahkan dianggap sederajatpun tidak.

Mereka seringkali dijadikan objek penindasan. Bahkan diremehkan. Dijunjung hanya untuk urusan syahwat.

Makhluk yang konon diciptakan dari tulang rusuk lelaki ini pun tak kunjung diam dan mengalah. Dendam yang telah tersimpan berjuta-juta tahun pun telah mengkristal menjadi suatu energi besar. Energi yang siap mereka gunakan untuk membalas perih yang mereka alami.

Lihatlah ketika Cleopatra membuat raja romawi jenius bernama Julius Caesar bertekuk lutut, Romeo yang rela meneguk racun demi cintanya kepada Juliet, Majnun yang gila karena mencintai Layla, serta Ken Arok yang tega membunuh suami Kendedes karena terpikat oleh kecantikannya. Manusia yang dianggap lemah dan tak berdaya telah menaklukan para tokoh besar.

Mereka semacam sedang membuktikan kepada dunia, bahwa perempuan bukanlah manusia kelas dua. Dan pantas disederajatkan dengan laki-laki. Atau bahkan lebih tinggi. Ataukah barangkali Tuhan juga baru menyadari betapa pedihnya hidup perempuan lalu Ia memberi mereka kekuatan untuk memberikan pelajaran kepada laki-laki atas apa yang diperbuatnya sejak berabad-abad silam.

Kamis, 24 Oktober 2013

Luka,Amarah,dan Ketakberdayaan

Seorang yang terbiasa ditindas dapat menjadi penjahat paling berbahaya. Maka perlu hati-hati ketika menjalin hubungan sesama manusia. Seseorang yang diam tak melawan bukan berarti ia sudah kalah. Barangkali ia menyimpan dendam. Mengumpulkannya sedikit demi sedikit. Kelak jika dendam itu terkumpul, ia akan menjadi kekuatan yang besar dan tak terkendali. Seperti kekuatan dajjal yang terpenjara ribuan tahun.

Semakin tahun, rantai besi di tangan sang tertindas akan semakin rapuh. Berbanding terbalik dengan dendam yang disimpannya. Kekuatannya justru menggumpal. Dan kelak akan menjadi senjata penghancur paling hebat.
Ia berharap, kelak ia dapat melakukan penindasan yang serupa terhadap orang lain. Agar ada yang mengerti betapa perih yang ia alami. Begitulah cara berpikir dajjal. Baginya darah harus dibayar darah, malu harus dibayar malu, rasa sakit harus dibayar rasa sakit. Adil. Seperti Tuhan yang Maha Adil.

Berbeda dengan seorang penindas, yaitu seorang yang berpikir yang kuat yang patut melakukan apa saja. Bahkan untuk menindas yang lain. Menyakiti sesama manusia. Sesama ciptaan Tuhan. Ia sangat percaya bahwa Tuhan selalu memiliki alasan mengunggulkan suatu kaum dari kaum yang lain. Seperti yang ia baca pada kitab suci. Maka ia hanya mengikuti apa yang telah menjadi petunjuk. Sambil mengharap, kelak setelah ia mati Tuhan akan memasukannya kedalam surga yang isinya para bidadari. Wanita-wanita bertubuh mulus yang siap untuk disetubuhinya kapanpun. Lalu nanti ia akan bertemu dengan teman-temannya, para penindas pula, yang akan meramaikan surga dengan pesta seks. Betapa bahagianya. Betapa baiknya Tuhan, katanya.

Disisi lain, seorang gelandangan kumuh kebingungan melihat para penindas dan tertindas berkumpul di di neraka. Mereka sama sekali tak bermusuhan. Bahkan sangat akrab. Gelandangan itu berpikir ada apa gerangan mereka malah saling bercengkrama di dalam neraka. Mengapa sang penindas tak berada di surga sesuai dengan apa yang telah diyakininya saat berada di bumi? Lalu mengapa sang tertindas juga mendekam di neraka?

Bukannya Tuhan pernah berjanji bahwa siapa yang menaatinya akan dimasukanNya ke dalam surga? Bukannya Tuhan juga pernah berfirman bahwa Dia bersama orang-orang yang tertindas?

Lalu gelandangan kumuh itu menangis tersedu-sedu. Ia bukan menangisi para penindas dan tertindas. Tapi ia menangisi dirinya sendiri. Meskipun hidupnya selama di bumi ia habiskan untuk menolong sesama dan menitikkan air mata hingga darah demi orang lain, namun kali ini ia ingin menolong dirinya sendiri. Ia melihat tidak ada siapa-siapa disana kecuali dirinya sendiri. Ia sadar, betapa sombongnya ia telah merasa mengenal Tuhannya. Betapa ia telah berprasangka buruk kepada Tuhan atas segala firman-firmanNya. Betapa sangat tiada berdaya nya akal untuk menjangkau pemahaman tentang Tuhan.

Gelandangan itu melepas pakaiannya. Ia bertelanjang bulat sambil bersimpuh. Lalu bersujud dan menangis. Mengakui segala kesalahannya kepada Tuhan. Tiba-tiba, sesosok makhluk berwujud rupawan dan bersayap muncul di depannya. Makhluk itu menyerahkan dua kunci kepada gelandangan itu. Pada kunci itu masing-masing bertuliskan surga dan neraka. Kemudian makhluk bersayap itu seolah memberikan isyarat kepadanya untuk membuka salah satu pintu dengan kunci tersebut.

Gelandangan itu malah menyerahkan kembali kunci tersebut. Lalu secercah cahaya tiba-tiba memancar dari kedua sosok berbeda itu.
Dan keduanya hilang. Entah kemana.

Kamis, 17 Oktober 2013

Privatisasi Agama

Melihat tulisan "Agama" hampir di setiap pengisian kelengkapan identitas itu menggelitik benak saya. Ketika saya harus mengisinya ada semacam keengganan untuk menuliskannya. Bukan karena saya tidak beragama. Atau apalah agama saya. Dan jika pun benar saya tak beragama, apa pentingnya bagi orang lain untuk mengetahuinya.

Apakah jika saya tak beragama maka saya tak layak hidup? Apakah jika saya tak beragama maka saya tak boleh tinggal di negara ini? Apakah jika saya tak beragama maka saya tak pantas dianggap manusia yang memiliki hak-hak nya seperti manusia yang lain?
Satu alasan yang menurut saya paling masuk akal untuk menuliskan agama pada identitas adalah agar kita dapat saling mengenal dan mengucapkan selamat hari raya. Selain itu tidak ada lagi. Mungkin karena tidak dapat saya temukan.

Bagi saya, bukan merupakan kesopanan ketika seseorang menanyakan apa agama seseorang yang lain. Karena agama adalah privasi setiap orang. Bukan sesuatu yang harus dibicarakan atau diperlihatkan di depan umum. Beragama atau tidak adalah hak setiap orang. Pancasila sila pertamapun hanya menyebutkan ketuhanan yang maha esa. Tidak ada kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk memeluk suatu agama.

Seperti halnya ketika ada seorang laki-laki yang memiliki istri simpanan,tentu saja itu adalah privasi bagi laki-laki tersebut. Ketika saya menanyakan apakah ia memiliki istri simpanan, maka hak mutlak nya untuk menjawab ataupun tidak. Atau ketika seseorang menanyakan berapa harga baju,celana,dan sepatu saya, maka saya berhak untuk menjawabnya ataupun tidak. Atau ketika orang lain menanyakan berapa gaji yang anda terima setiap bulan, maka itu adalah hak mutlak anda juga. Anda boleh menjawabnya, tapi anda juga memiliki hak penuh untuk merahasiakannya. Karena tidak ada yang berhak tau dan mengatur bagaimana seseorang harus menjalani hidupnya. Kecuali orang tersebut memberinya ijin.

Kalau banyak dari hal-hal yang dalam hubungan dengan orang lain saja diperbolehkan untuk "menutupinya", apalagi jika tentang hubungan seseorang dengan Tuhannya.
Saya lalu berpikir,mengapa setiap orang harus merasa perlu memberitahu orang lain tentang apa agamanya, bagaimana hubungannya dengan Tuhan, atau bahkan percaya tidakkah ia tentang adanya Tuhan?

Siapa yang dapat menilai kadar beragama seseorang? Apakah Tuhan beragama? Jika iya, apa agamaNya dan untuk apa Tuhan beragama? Jika tidak,mengapa ia turunkan agama di muka bumi melalui rasulNya?
Beragama ataupun tidak, bertuhan ataupun atheis, bagi saya adalah hak yang setiap orang boleh merahasiakannya. Agama seseorang bukanlah hal yang harus dipublikasikan. Karena agama adalah kaitannya dengan Tuhan. Sedang Tuhan yang kita anggap Tuhan adalah belum tentu Tuhan.

Selasa, 15 Oktober 2013

Para Prajurit Tuhan

Peristiwa penyembelihan Ismail adalah tentang kepatuhan,keberserahan,dan keyakinan.

Bagaimana perasaan seorang ayah ketika mendapat perintah langsung dari Tuhan untuk menyembelih anaknya sendiri? Anak yang sudah ditunggu kelahirannya di umur sang ayah yang sudah mendekati renta. Anak yang sangat dicintainya.

Pastilah hancur dan remuk redam hati sang ayah. Menangis. Namun tangisan dan rasa sakitnya tak membuatnya takut dan ragu. Apalagi melakukan pembangkangan kepada Tuhan.

Ibrahim pun tak mencoba untuk meminta, atau tawar menawar , bahkan merayu Tuhan untuk membatalkan perintah tersebut. Atau mungkin agar Tuhan mau berbaik hati untuk memberikan keringanan kepadanya dengan perintah lain selain menyembelihnya. Ibrahim juga tak mempertanyakan , mendebat, apalagi menimbang-nimbang. Ia hancur dan perih. Namun ia penuh keyakinan dan keberserahan. Tak ada sedikitpun ketakutan dan keraguan.

Kemudian sang ayah memberitahukan kabar berita itu kepada
Ismail. Keyakinan sang ayah lah yang membuat
Ismail tabah dan dengan penuh keyakinan mempersilakan ayahnya untuk melaksanakan perintah dari Tuhan yang telah disampaikan kepadanya. 

Pada Ismailpun, tak sedikitpun timbul ketakutan. Ia bahkan tak mempertanyakannya dan tidak pula meminta pengunduran waktu pelaksanaan perintah tersebut. Ia bak prajurit yang mendapat perintah dari atasannya kemudian melaksanakannya dengan sepenuh hati.

Si prajurit tak memerlukan alasan apapun atas perintah yang ia kerjakan. Ia hanya melaksanakan,melaksanakan,dan melaksanakan. Tak ada secuilpun kepengecutan dalam diri ismail untuk memohon atau meminta penangguhan waktu dalam melaksanakan perintah tersebut. Ia serahkan sepenuhnya jiwa dan raganya kepada sang atasan.

Begitulah sikap ismail yang tak jauh-jauh dari ibrahim. Tak ada perintah yang ditimbang-timbang. Tugas adalah untuk diselesaikan. Bukan dipertimbangkan.
Ibrahim dan Ismail telah menjadi prajurit-prajurit Tuhan yang menyelesaikan misi dengan sempurna.

Kekonyolan Manusia

Kekonyolan Manusia :
Tak Menyadari Kapasitas Diri.Tentunya setiap manusia memiliki harapan atau cita-cita. Karena dari harapanlah manusia dapat tumbuh dan berdiri tegak. Sebab jika tanpa harapan dan cita-cita maka hidup manusia akan hampa dan tak tentu arah. Namun harapan jugalah yang meluluh lantakkan jiwa pemiliknya. Terutama ketika sang pemilik cita-cita menetapkan tujuan hidupnya berdasarkan pada standar cita-cita orang lain. Maka tujuan hidup menjadi semacam obsesi semata. Mungkin melihat orang-orang sukses yang dikaguminya. Sehingga lantas ditirunya apa saja yang dilakukan orang tersebut. Lalu kita menetapkan standar kesuksesan dan tujuan berdasar orang itu pula. Bukan masalah sebetulnya. Namun ketika kita tak mengerti seberapa kapasitas diri kita, sudah barang tentu harapan akan menjadi obsesi semata. Kandas di waktu yang tak lama. Ibarat motor ber cc 100 yang memaksakan lari dengan kecepatan 200km/jam seperti motor yang dikendarai Valentino Rossi. Lalu apa yang akan terjadi pada motor tersebut? Ambrol.

Maka menyesuaikan cita-cita dengan kapasitas diri sangatlah penting disamping doa dan usaha yang lebih penting.

Tak
Mengerti Yang Diinginkan.
Banyak orang yang tak benar-benar mengerti apa yang ia ingini. Serta banyak keinginan yang sebenarnya bukan keinginan yang benar-benar ia ingini. Keinginan, mimpi, cita-cita,dan harapanlah yang membuat setiap orang memutuskan untuk melanjutkan hidup. Keinginan akan apa yang hendak dicapai,dialami,dan dirasakan pada masa depan masing-masing orang adalah semacam bahan bakar untuk melanjutkan hidup. Namun, tak semua orang benar-benar mengerti apa yang sebenarnya ia ingini. Itulah yang menjadi soal. Karena seringkali setelah keinginan terwujud , manusia selalu mengejar keinginan yang lain.
Kenginan demi keinginan ia kejar hingga mengorbankan segalanya tanpa meraih apa yang sebenarnya ia inginkan.
Lantas apa yang ia dapat? Lelah. Maka dari itu, hendaknya sebelum melangkah, menjadi sangat penting adalah bertanya kepada diri sendiri apa yang sebenarnya kita inginkan. Agar dalam melangkah kita menjadi mantap dan penuh keyakinan. Dan dihindarkan dari keombang-ambingan dan putus asa yang siap menyerang siapa saja disaat rintangan mengganjal langkah kita.

Menjadikan
Tuhan Pelarian Semata.
Dalam mengejar cita-cita, selain usaha, doa mengambil peran yang lebih penting. Setiap manusia berdoa dan meminta kepada yang mereka anggap memiliki kuasa penuh dan pemilik hak tunggal atas kesuksesan setiap manusia. Karenanya doa menjadi semacam mantra ajaib yang menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Terlebih ketika manusia mengalami masa-masa pahit, duka, dan kegagalan. Maka Tuhan lah yang menjadi satu-satunya tempat berlabuh. Dan meminta tentunya. Namun setelah keinginan diraih,masa-masa penuh sukacita, dan hati terpuaskan seringkali manusia memperlakukan Tuhan seperti seorang suami yang malam-malam membangunkan istrinya, merayu atau meminta untuk melayaninya,kemudian disaat hasrat si suami terpuaskan ia tidur membelakangi istrinya. Baik kah tingkah si suami? Habis manis sepah dibuang. Tuhan memang tak membutuhkan itu, namun menjadikanNya pelarian bukanlah sikap mengabdi yang baik.



Jumat, 11 Oktober 2013

Realitas

Jiwa yang terhentak.
Ada apakah gerangan?
Aku-ku bukanlah aku-mu
Kita tak bersatu
Jiwa yang dihantui ketakutan
Dan ketidakberdayaan
Melawan? Mana mungkin !
Jiwa yang menyombong
Lalu kalut
Diruntuhkan oleh kemaha besaran
Hancur sudah pasti
Menyesal apa lagi
Berteriak tak mampu
Berdoapun malu
Jiwa yang tertawan
Segeralah menyadari ketidak punyaan
Berserah itu satu-satu nya jalan
Adakah lagi harapan
Dan beban
Yang memenuhi ruang dada
Setelah realita datang
Dan memporandakan impian
Namun menghapus beban
Hari ini,cukuplah kau mengerti dahulu
Bahwa kau rapuh
Bahwa kau tak selamanya
Bahwa kau tak tau apa-apa
Kau tak dapat memutar waktu untuk kembali
Kau tak dapat mengendalikan segala kejadian untuk mengikuti yang kau ingini
Kau tak tau apa yang akan terjadi esok hari
AKUilah,kau kalah.

Kamis, 03 Oktober 2013

Menulis itu...

Bagi saya, ketika pertama kali menulis, adalah tentang bagaimana mengenali diri sendiri. Dengan menulis maka saya sedang berusaha berkenalan dengan diri sendiri. Ibarat diri itu adalah calon pacar, maka dengan menulis itu saya berarti menyalami, lalu menyelami, dengan tujuan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memahami diri sendiri.

Memulai sebuah kata mungkin tidak terlalu sulit bagi saya, namun merangkainya menjadi sebuah kalimat adalah sebuah langkah awal yang sangat membutuhkan keberanian bagi saya untuk menuangkannya agar menjadi sebuah tulisan yang benar-benar adalah hasil perkenalan saya dengan diri saya sendiri. Meskipun tidak karuan pasti, nantinya tulisan yang akan saya muat di blog ini adalah tentang diri ini. Hahaha.. Sebegitu narsisnya saya!!

Menulis bukan perkara yang sulit. Yang sulit dari menulis adalah menulis dengan karakter kita sendiri. Karena dibutuhkan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Bukan hanya tentang teknik dan rangkaian kata-nya. Namun ada sisi-sisi dari dalam batin yang perlu kita kuak agar kita menjadi tau seberapa dalam penghayatan kita terhadap apa-apa yang telah memenuhi ruang batin kita. Entah itu masalah ketuhanan, hubungan terhadap keluarga, sosial, tragedi yang menimpa kita, suka cita dalam pekerjaan, cinta lawan jenis, bahkan mungkin tentang seksualitas.

Bagi saya tidak ada hal yang tabu untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya. Untuk apa kita menutup-nutupi diri dari kita sendiri dan orang lain (dalam hal ini adalah pembaca) ? Jika terhadap diri sendiri saja kita tak mampu berbuat jujur, bagaimana kita dapat memiliki kepercayaan diri untuk berjumpa dengan orang lain dan terutama diri kita sendiri? Karena yang paling sering kita jumpai di dalam hidup bukanlah orangtua,istri,anak apalagi tetangga, tapi diri kita sendiri.

Maka ibarat kita sedang masa-masa pedekate terhadap calon pacar, seyogyanya kita jujur dan terbuka.Bagaimana hubungan kita akan baik nantinya jika dalam berkenalan kita tak bersikap apa adanya?

Tidak penting baik atau buruk tulisan kita. Tidak penting benar atau salah pandangan kita. Karena inilah diri kita.
Dalam hubungan pedekate dengan calon pasangan kita pun, sangat tidak mungkin jika selama proses perkenalan itu kita tak mengalami kesalahan. Mungkin pertentangan demi pertentangan, pertikaian demi pertikaianpun akan tak terelakkan. Untuk itulah kita saling menyelami dan memahami.Dengan kita menulis, setidaknya kita belajar untuk mengerti seberapa dekat kita terhadap diri kita. Karena kita bisa menjadikannya cermin. Setiap dari kita memerlukan cermin, untuk melihat seperti apa seluruh bagian tubuh kita. Bagaimana kita bisa melihat bentuk dua telinga kita jika tak ada cermin?

Saya teringat sebuah kalimat entah dari kitab suci atau sekedar peribahasa yang bunyinya kita-kira, "Ikatlah ilmu dengan tulisan, karena ilmu itu ibarat binatang liar dan tulisan adalah jaringnya."
Menulislah kawan...