Selasa, 10 Desember 2013

Kebahagiaan Raga Jiwa

Semenjak dilahirkan, betapa manusia sudah kaya. Ia dibekali raga dan jiwa. Sebagai alat untuk menerima segala yang dibutuhkannya di muka bumi. Semuanya sudah dipersiapkan untuk selama perjalanannya hingga di akhir hayat.

Raga terdiri dari bagian-bagiannya. Bagian terluar adalah bagian yang tampak, seperti kulit. Dilengkapi dengan panca indra yang mempunyai fungsinya masing-masing. Bagian dalam jauh lebih beragam dan vital. Karena bagian dalamlah yang menggerakkan apa-apa yang diluar. Seperti otak, jantung, dan paru-paru. Dan jauh lebih dalam lagi yaitu jiwa, yang lebih tak tampak daripada organ-organ dalam. Kesemuanya adalah anugrah yang tiada tara. Betapa Tuhan telah membekali manusia dengan bekal yang teramat sempurna. Oleh karenanya dalam kitab suci manusia disebut sebagai ciptaanNya yang paling sempurna. Bahkan di atas malaikat. Meskipun malaikat disebut sebagai makhluk yang selalu patuh.

Untuk memenuhi segala kebutuhannya selama perjalanan hidup yang harus dilalui, maka manusia hanya perlu mengambil hak dari apa-apa yang setiap saat Tuhan anugrahkan kepada manusia. Adapun bila ia tak mengambil haknya juga tak apa.

Ketika lahir, tanpa perlu meminta ia diberi pakaian oleh Tuhan melalui kedua orang tuanya. Ia menerima berbagai kehangatan dan kasih sayang dari orang-orang yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Lalu diajari berjalan dan berbicara. Tanpa perlu membayar seorang pelatih untuk mengajarinya. Seandainya setiap bayi yang lahir harus diajari oleh seorang pelatih profesional untuk berjalan dan berbicara, betapa banyak manusia yang bisu dan lumpuh di setiap negara yang perekonomiannya tak maju. Namun Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Dialah yang mengajari dan memenuhi segala kebutuhan makhluknya.

Namun, dunia telah berubah semenjak manusia beranjak remaja. Apa-apa yang dibutuhkannya harus ditukar dengan mata uang. Mulai kebutuhan untuk mencari ilmu yang konon harus dicapai melalui bangku sekolah, sampai kepada kebutuhan untuk menyelenggarakan pernikahan yang juga harus dicapai dengan mata uang pula. Sehingga semakin manusia tumbuh seolah-olah Tuhan semakin jauh dan tak memperhatikan manusia. Ya, sejak ketika manusia percaya bahwa segalanya membutuhkan uang. Karena segala yang dibutuhkan manusia harus ditukar dengan alat tukar yang berupa kertas maupun koin tersebut.

Dicarinya siang malam, kaki di kepala, kepala di kaki, demi memenuhi kebutuhannya. Satu terpenuhi dan yang lain muncul, begitu seterusnya. Karena seperti itulah hidup.

Dahulu kita tahu bahwa kebutuhan pokok manusia hanyalah sandang, pangan, dan papan. Lalu jaman terus berganti. Namun, semakin maju, bukannya manusia semakin ayem dalam menjalani hidupnya, malah semakin sibuk dan capek. Semakin banyak yg menjadi kebutuhannya. Seperti alat komunikasi, transportasi, dan berbagai jenis kebutuhan yang lain. Semua berlomba-lomba mencari uang, sikut sana sikut sini, nyinyir dan saling dengki ketika apa yang dimiliki oleh teman atau tetangganya tak ia miliki. Betapa ramai, panas, dan menjemukan.

Barangkali memang ketika segala kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan, dan segala kelengkapan di zaman modern ini terpenuhi manusia lalu mendapatkan kebahagiaannya yang berupa kepuasan dan kenyamanan. Namun kepuasan dan kenyamanan sesungguhnya hanyalah kebahagiaan yang diperoleh oleh raga saja. Sedangkan manusia tak hanya terdiri dari raga, tapi juga jiwa. Jika demi kebahagiaan raga saja kita harus rela menukarnya dengan mengorbankan apa yang kita miliki seperti waktu, pikiran, dan tenaga, lalu apa yang siap kita berikan demi kebahagiaan jiwa?

Minggu, 01 Desember 2013

Superhero vs Politisi

Sekian banyak dari semua kisah superhero yang pernah saya tonton filmnya, terlintas pertanyaan sederhana di pikiran saya, mengapa para superhero -contohnya Spiderman dan Batman- selalu mengenakan topeng agar identitasnya tak diketahui orang ? Bukankah mereka senang menolong dan itu adalah baik ? Karena biasanya penutup muka atau topeng itu dikenakan oleh para penjahat atau bandit agar dirinya tak tercemar. Sehingga aman dari incaran para polisi.

Ya, jawaban yang saya temukan adalah karena para superhero itu ingin membedakan dirinya dengan para politisi.

Ketika para politisi hendak memperoleh jabatan yang ia ingini, maka potret dirinya akan tersebar dimana-mana. Baik di media massa ataupun spanduk-spanduk yang terpampang di jalan-jalan maupun pohon-pohon. Dipajangnya wajahnya yang tersenyum manis dan berwibawa. Digembar-gemborkan prestasi-prestasinya selama ini. Melantunkan janji-janji manis kepada orang-orang. Urusan benar tidaknya, sanggup tidaknya, adalah urusan belakangan. Yang terpenting adalah mencapai tujuannya dahulu. Berapapun biaya mereka keluarkan demi menarik simpati orang banyak.

Bedakan dengan perilaku para superhero !

Para politisi sibuk mengkampanyekan dirinya melalui banyak media masa agar dirinya dikenal dan lalu terpilih. Sedangkan para superhero justru menyembunyikan siapa dirinya. Dikenakannya topeng supaya tak dikenali. Ia juga tak pernah menyebut siapa namanya. Tak ada yang tau darimana datangnya ia.

Ketika ada bencana alam, para politisi terlihat begitu sibuk dan peduli, mengajak dan seolah memberi contoh kepada khalayak dengan memberikan berbagai bantuan dengan jumlah yang besar untuk para korban. Beritanya ditayangkan dimana-mana. Wajah mereka diperlihatkan dengan antusias. Dan tak lupa setiap sumbangan yang diberikannya kepada para korban bencana, dikemasnya dalam bingkisan yang mencantumkan partai yang mereka usung. Sedangkan para superhero lagi-lagi justru tak mau bertatap lama-lama apalagi untuk bercakap dengan para korban kejahatan yang mereka tolong. Sesegera mungkin mereka pergi menghilang dan tak meninggalkan jejak.

Menjadi politisi maka akan berarti menduduki jabatan tertentu. Menjadi orang penting. Dengan begitu, maka mudah menciptakan peluang bisnis untuk dijadikan ladang kemakmurannya. Tak peduli berapa juta rakyat yang kelaparan, yang terpenting dirinya, keluarganya, anak-anak hingga cucu-cucunya hidup senang dengan bergelimpangan harta. Dianggapnya sebagai upah atas pengabdiannya kepada negara. Sedangkan para superhero justru merasa menerima kutukan karena seringkali harus mengorbankan kebahagiaan diri bahkan orang-orang yang mereka cintai demi nyawa banyak orang yang harus mereka lindungi dari para penjahat. Mereka tak mendapat upah apapun.

Dengan tingkah para politisi yang semakin hari sukses membuat negara semakin runyam, apakah itu adalah isyarat bahwa sesungguhnya bangsa ini sedang membutuhkan kehadiran Spiderman dan Batman untuk membuat negara ini maju?