Senin, 22 September 2014

Raga yang tak kekal dan jiwa yang kekal

Dunia begitu ramai, kawan. Bagaimana aku bisa menyusuri sepi-sepiku? Bagaimana aku bisa menjumpai kesendirianku?
Ocehan orang disana-sini. Gunjingan tak ada habisnya. Seperti kicauan burung yang tak pernah berhenti.
Diam menjadi begitu istimewa. Apakah dahulu kehidupan manusia seperti ini? Tak takpernah serentak untuk merenung.
Menemukan diri sendiri adalah yang paling berarti.
Masih ingatkah engkau ketika masih berbentuk gumpalan daging? Lalu Dia menjadikanmu janin bayi yang begitu murni di dalam perut sang ibu?
Awalnya hanya sebuah gumpalan daging, lalu diberikanNya detak. Pada dasarnya kau adalah jiwa yang kemudian diberi wadah berupa raga manusia. Dengan wajah, badan, tangan, dan kaki. Yang begitu sempurna.
Namun, betapa raga teramat rentan. Lihatlah wajahmu yang dulu lucu, kemudian menjadi elok, lalu kelak akan dipenuhi keriput. Lihatlah badan, tangan, kaki, dan seluruh anggota raga mu yang akan semakin kehilangan kekuatannya seiring usiamu menua. Sedang hatimu kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar