Selasa, 15 Oktober 2013

Kekonyolan Manusia

Kekonyolan Manusia :
Tak Menyadari Kapasitas Diri.Tentunya setiap manusia memiliki harapan atau cita-cita. Karena dari harapanlah manusia dapat tumbuh dan berdiri tegak. Sebab jika tanpa harapan dan cita-cita maka hidup manusia akan hampa dan tak tentu arah. Namun harapan jugalah yang meluluh lantakkan jiwa pemiliknya. Terutama ketika sang pemilik cita-cita menetapkan tujuan hidupnya berdasarkan pada standar cita-cita orang lain. Maka tujuan hidup menjadi semacam obsesi semata. Mungkin melihat orang-orang sukses yang dikaguminya. Sehingga lantas ditirunya apa saja yang dilakukan orang tersebut. Lalu kita menetapkan standar kesuksesan dan tujuan berdasar orang itu pula. Bukan masalah sebetulnya. Namun ketika kita tak mengerti seberapa kapasitas diri kita, sudah barang tentu harapan akan menjadi obsesi semata. Kandas di waktu yang tak lama. Ibarat motor ber cc 100 yang memaksakan lari dengan kecepatan 200km/jam seperti motor yang dikendarai Valentino Rossi. Lalu apa yang akan terjadi pada motor tersebut? Ambrol.

Maka menyesuaikan cita-cita dengan kapasitas diri sangatlah penting disamping doa dan usaha yang lebih penting.

Tak
Mengerti Yang Diinginkan.
Banyak orang yang tak benar-benar mengerti apa yang ia ingini. Serta banyak keinginan yang sebenarnya bukan keinginan yang benar-benar ia ingini. Keinginan, mimpi, cita-cita,dan harapanlah yang membuat setiap orang memutuskan untuk melanjutkan hidup. Keinginan akan apa yang hendak dicapai,dialami,dan dirasakan pada masa depan masing-masing orang adalah semacam bahan bakar untuk melanjutkan hidup. Namun, tak semua orang benar-benar mengerti apa yang sebenarnya ia ingini. Itulah yang menjadi soal. Karena seringkali setelah keinginan terwujud , manusia selalu mengejar keinginan yang lain.
Kenginan demi keinginan ia kejar hingga mengorbankan segalanya tanpa meraih apa yang sebenarnya ia inginkan.
Lantas apa yang ia dapat? Lelah. Maka dari itu, hendaknya sebelum melangkah, menjadi sangat penting adalah bertanya kepada diri sendiri apa yang sebenarnya kita inginkan. Agar dalam melangkah kita menjadi mantap dan penuh keyakinan. Dan dihindarkan dari keombang-ambingan dan putus asa yang siap menyerang siapa saja disaat rintangan mengganjal langkah kita.

Menjadikan
Tuhan Pelarian Semata.
Dalam mengejar cita-cita, selain usaha, doa mengambil peran yang lebih penting. Setiap manusia berdoa dan meminta kepada yang mereka anggap memiliki kuasa penuh dan pemilik hak tunggal atas kesuksesan setiap manusia. Karenanya doa menjadi semacam mantra ajaib yang menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Terlebih ketika manusia mengalami masa-masa pahit, duka, dan kegagalan. Maka Tuhan lah yang menjadi satu-satunya tempat berlabuh. Dan meminta tentunya. Namun setelah keinginan diraih,masa-masa penuh sukacita, dan hati terpuaskan seringkali manusia memperlakukan Tuhan seperti seorang suami yang malam-malam membangunkan istrinya, merayu atau meminta untuk melayaninya,kemudian disaat hasrat si suami terpuaskan ia tidur membelakangi istrinya. Baik kah tingkah si suami? Habis manis sepah dibuang. Tuhan memang tak membutuhkan itu, namun menjadikanNya pelarian bukanlah sikap mengabdi yang baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar