Senin, 11 November 2013

Aku Pandawa, Kurawa, atau Sengkuni?

Barangkali, aku memang dilahirkan sebagai Pandawa. Karena aku selalu membela yang baik. Kebaikanlah fokus hidupku. Aku tak peduli pada benar dan salah. Bagiku, benar salah adalah hak preogratif Tuhan semata. Sedang baik dan buruk adalah hak setiap manusia.

Pada mulanya, aku membenci kaum Kurawa saudaraku. Sempat berpikir mengapa Tuhan menciptakan orang-orang macam mereka. Yang hanya membuat permusuhan, pertikaian, dan kebencian. Seandainya saja Tuhan tak menciptakan orang macam mereka, bumi pastilah damai. Tapi ternyata aku salah, Kurawa memusuhi Pandawa bukan karena mereka menyukai permusuhan, pertikaian, dan benci terhadap kebaikan. Kurawa memusuhi pandawa, karena Tuhan menciptakan makhluk yang bernama Sengkuni.

Sengkuni adalah makhluk yang  gemar atau barangkali memang sengaja oleh Tuhan diciptakan untuk menghujat dan mengadu domba. Ia penyebab awal mula gonjang-ganjing di muka Bumi. Lalu, akupun berpikir lebih keras lagi, rasa-rasanya tak berhak ku hakimi Sengkuni sebagai makhluk hina yang bersalah atas semua keburukan dan kerusuhan yang terjadi di muka bumi ini. Bagaimanapun, ia makhluk Tuhan. Tuhan yang menghendakinya hidup. Jikalaupun Tuhan adalah seperti yang kuperkirakan selama ini, bahwa Dia adalah segala kebaikan, maka tentu Dia tidak akan menciptakan Kurawa apalagi Sengkuni.

Pandawa, Kurawa, dan Sengkuni adalah kehendak Tuhan. Tuhan yang menghendaki ketiganya ada.

Isi kepalaku semakin tak karuan. Aku menjadi tak yakin lagi. Jangan-jangan aku bukanlah Pandawa. Jangan-jangan aku sebenarnya  malah Kurawa. Namun karena cara pandangku saja yang sempit, lalu aku mengira diriku sebagai Pandawa. Bahkan aku menjadi lebih kacau dan bingung, ketika sebagian orang justru menyebutku Sengkuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar